Teringat Potongan Kardus Bertuliskan “KAMI ORANG PRIBUMI”

Ridwan Loekito
3 min readOct 17, 2017

--

Sebelum lebih dalam, saya ingin mengucapkan selamat untuk Pak Anies dan Pak Sandi atas pelantikannya kemarin sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih untuk periode 2017–2022. Semoga Jakarta menjadi lebih baik lagi.

To The Point, kita semua pasti tahu ada hal yang cukup menarik dari isi Pidato Politik pertamanya Pak Anies sebagai Gubernur Terpilih. Beliau memakai kata yang cukup sensitif bagi saya yang sudah di takdirkan sebagai “Non Pribumi”.

Dalam hitungan jam, kata “Pribumi” langsung menempati jajaran Trending Topic di Twitter. Banyak Netizen yang mengomentari mulai dari yang mengkritik, membela, menjelaskan maksud Pak Anies, hingga membahas bagaimana sejarah dari kata Pribumi bisa ada di Indonesia.

Banyak pendapat dari ahli bahwa kata Pribumi lebih mengingatkan bagaimana para Penjajah Belanda mengkotak-kotakan Bangsa Indonesia menjadi beberapa kelompok masyarakat. Dan hal ini pula yang menjadi sanggahan dari Pak Anies saat beliau menanggapi komentar negatif terhadap pidatonya.

Tetapi perlu di ketahui (Pendapat pribadi saya) kata Pribumi sudah mengalami penggeseran makna.

Kata Pribumi sekarang lebih diartikan kearah diskriminatif bagi warga Indoensia keturunan Tiong Hoa.

Hal ini tidak terlepas dari sejarah lengsernya Presiden ke 3, Soeharto.

Saya masih ingat bagaimana saat itu begitu mencekamnya suasana yang saya rasakan. Saya, Mama, dan Adik saya harus mengunci diri di rumah selama beberapa hari tanpa berkegiatan yang mengindikasikan adanya orang di rumah. Kami beritga juga tidak dapat kabar dari Papi saya selama beberapa hari. Kami terpisah saat kerusuhan itu terjadi.

Kami banyak mendengar isu yang terjadi di luar sana bahwa kerusuhan melebar dan mengarah kepada kami yang warga keturunan Tiong Hoa. Kami hanya bisa berpasrah bersembunyi.

Sampai ada tetangga sebelah rumah saya berempati kepada kami bertiga dengan memberikan sebuah sejadah dan menyarankan agar kami gunakan untuk dipasang di depan jendela.

Tidak hanya itu, tetangga saya juga memberikan sebuah Potongan Kardus yang tercatat sebuah kalimat “KAMI ORANG PRIBUMI”.

Dia menyarankan agar dipasang di samping sejadah yang tertempel di jendela.

Tanpa pikir panjang, Mama saya memasang sejadah dan sepotong kardus bertuliskan “KAMI ORANG PRIBUMI” di jendela depan rumah sesuai dengan saran tentagga saya. Hal tersebut Mama saya lakukan dengan harapan bila kerusuhan melebar ke daerah rumah saya, kami semua aman karena “KAMI ORANG PRIBUMI” sesuai tulisan yang terpampang di jendela.

Saya yakin sekali hal sama banyak di lakukan warga keturunan Tiong Hoa lainnya demi terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan mungkin dari analisa singkat saya, hal ini yang melatarbelakangi Pak B.J. Habibie mengeluarkan Instruksi Presiden untuk menetralisir diskriminasi yang terjadi saat setelah kerusuhan 98 Mei terjadi.

Kembali kepada isi Pidato Pak Anies, dalam sanggahannya dikatakan konteks yang ingin disampaikan dalam pidatonya adalah untuk mengingatkan masyarakat bahwa kota Jakarta dan rakyatnya merupakan komunitas yang paling terdampak dengan kehadiran kolonialisme. Saya simpulkan bahwa “Pribumi” yang dimaksud oleh Pak Anies adalah Pribumi yang belum mengalami pergeseran makna.

Kata “Pribumi” yang belum mengalami pergeseran makna bisa diartikan sebagai kelompok masyarakat dengan golongan di luar Golongan Eropa, dan Timur Asing (keturunan Tiong Hoa dan keturunan Arab). Padahal dari silsilah Pak Anies pun adalah dari Golongan Timur Asing, mengingat Pak Anies adalah keturunan dari Arab. Dari sini saya simpulkan Pak Anies “Non Pribumi”.

Secara pendapat pribadi saya katakan sanggahan Pak Anies tidak tepat, baik dalam Konteks pelantikan Gubernur, ataupun Konteks Zaman Penjajahan. Konteks yang paling mendekati dan disimpulkan saya adalah bagaimana Beliau ingin menekankan bahwa

“Sekarang pemimpin Jakarta sudah bukan keturunan Tiong Hoa”

Sangat disayangkan bila kata “Pribumi” harus di lontarkan disaat moment Pidato Politik pasca pelantikan. Mengingat Pak Anies pernah menyindir kepada Pak Ahok bahwa kata-kata dapat memecah persatuan. Sanggahan yang diberikan Pak Anies pun tidak masuk akal bagi saya.

Saya sangat yakin dan percaya bagi Pak Anies yang memang berlatar belakang dari bidang pendidikan sudah menyiapkan dengan baik pemilihan setiap kata untuk pidato pertamanya. Dan saya yakin beliau sudah memprediksi hal ini akan terjadi.

Kritik saya untuk Pak Anies :

  • Jangan terpenjara dengan kontrak Politik yang ada
  • Jangan jadikan diri sendiri sebagai alat Politik untuk hal lain yang lebih besar di belakang sana
  • Be Your Self

--

--

No responses yet